Enam Kunci Sukses dalam Menuntut Ilmu
![]() |
Dok. Jangan enggan menuntut ilmu.jpg - hisbah.net |
Assalamu’alaikum
waraohmatullohi wabarokatuh
Alhamdulillahirabbil
‘aalamiin, wassolatu wassalamu ‘ala asrofil anbiyai wal mursaliin wa ‘alaa ‘aalihi
wa ashabihi ajamain amma ba’du.
Pertama-tama marilah
kita panjatkan puja dan puji syukur kita ke hadirat Allah swt, yang telah
memberikan rahmat dan nikmatnya sehingga kita dapat berkumpul di tempat ini
dengan keadaan sehat wal afiat.
Shalawat serta salam
senantiasa kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, yang telah
membawa peradaban manusia jahiliyyah menuju peradaban yang terang benderang
penuh ilmu pengetahuan dan cahaya keimanan.
Pada kesempatan kali
ini saya akan membawakan kultum yang berjudul "menuntut ilmu."
Menuntut ilmu wajib
hukumnya bagi muslim dan muslimah. Menuntut ilmu juga hal yang penting dalam
agama islam. Dengan ilmu manusia dapat mengetahui apa yang tidak diketahui.
Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang ingin menguasai dunia, maka hanyalah dengan ilmu. Barangsiapa yang ingin selamat dan bahagia akhirat maka hanyalah dengan ilmu dan barangsiapa yang ingin kedua-duanya hanyalah dengan ilmu”.
Sebagaimana dalam
kitab Diwan Imam Syafi’i yang terjemahannya:
“Wahai saudaraku… ilmu tidak akan diperoleh kecuali dengan enam perkara yang akan saya beritahukan perinciannya: (1) kecerdasan, (2) semangat, (3) sabar, (4) biaya (berkecukupan), (5) petunjuk (bimbingan) guru, (6) membutuhkan waktu yang lama.”
Saya akan beritahukan keseluruhannya secara rinci.Dikutib dari Kitab Ta’lim Muta’alim
Untuk sukses mendapatkan ilmu, Imam Syafi’i menyebutkan enam syarat, yaitu:
Untuk sukses mendapatkan ilmu, Imam Syafi’i menyebutkan enam syarat, yaitu:
- Dzaka’ (kecerdasan)
Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan yang didapatkan dengan
cara berusaha, seperti menulis di buku saat guru menerangkan materi, mengulangi
pelajaran sesampai di rumah dan berdiskusi jika mendapat persoalan serta
contoh-contoh lainnya.
- Hirsh (kemauan/semangat)
Kemauan dalam menuntut ilmu adalah kemauan yang tinggi dalam
belajar dari ragamnya pengetahuan. Hirsh adalah hasil dari kesadaran. Kesadaran apa?
* Kesadaran akan kelemahan dirinya dalam ilmu pengetahuan.
* Kesadaran bahwa dirinya mempunyai potensi untuk mendapatkan ilmu.
* Kesadaran bahwa thalabul ’ilmi itu faridhah.
* Kesadaran bahwa dirinya-sebagai dai-harus berbekal ilmu.
* Kesadaran bahwa dirinya termasuk dalam kategori orang-orang yang tidak mengetahui, tetapi mengetahui bahwa dirinya tidak mengetahui.
* Kesadaran akan kelemahan dirinya dalam ilmu pengetahuan.
* Kesadaran bahwa dirinya mempunyai potensi untuk mendapatkan ilmu.
* Kesadaran bahwa thalabul ’ilmi itu faridhah.
* Kesadaran bahwa dirinya-sebagai dai-harus berbekal ilmu.
* Kesadaran bahwa dirinya termasuk dalam kategori orang-orang yang tidak mengetahui, tetapi mengetahui bahwa dirinya tidak mengetahui.
- Ishthibar (penuh kesabaran)
Untuk menggapai cita-cita yang tinggi harus memiliki kesabaran yang
tinggi pula. Tidak ada orang yang berharap sukses, tapi tidak memiliki rasa
sabar. Karena kesabaran adalah kunci sukses.Jangan banyak keluh-kesah, jangan terburu-buru, dan jangan frustasi dalam menuntut ilmu!
- Bulghdh/Al maalu (biaya)
Menuntut ilmu membutuhkan dana dan biaya. Seperti para ulama yang
terkenal sukses karena ada biaya untuk menggapai cita-citanya.
- Irsyadu ustadz (petunjuk/bimbingan guru)
Guru adalah orang tua kedua kita setelah orang tua kita di rumah.
Guru menjadi pembimbing saat kita tidak tahu dan memotivasi kita saat kurang
semangat.
- Thulu Zaman (waktu yang lama)
Untuk menggapai cita-cita yang tinggi membutuhkan waktu yang lama.
Tidak ada seorangpun yang menguasai semua ilmu dengan waktu yang singkat. Coba
renungkan, waktu untuk belajar di tingkat TK 2 tahun, waktu untuk belajar di tingkat dasar (SD/MI) 6 tahun, waktu untuk belajar di tingkat pertama (SMP/MTs) 3 tahun,
waktu untuk belajar di tingkat atas (SMA/MA/SMK) 3 tahun.
Itu artinya untuk menggapai cita-cita memerlukan waktu yang lama.
Seketika Shuraih al Qodi bertanya “Sampai kapan seseorang menuntut ilmu?”
beliau menjawab “Sampai ia meninggal dan ikut tertuang tempat tintanya ke dalam
liang kuburnya.”
Demikian kultum yang bisa saya sampaikan dan saya tutup kultum ini
dengan sebuah pantun
Pohon jati sejajar orang
Terperosok ke pasar raya
Tekun belajar masa sekarang
Esok kita bisa bahagia
Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh
Ditulis dan disampaikan oleh ananda Naomi Anamika Fatihah-siswi kelas 6A-dalam kultum ba'da shalat Duha hari Jum'at 7 September 2018.
Komentar
Posting Komentar