Raih Tangannya dan Ajak ke Surga Bersama (bag. 1)
![]() |
HumIn-Raihlah tangan anakmu, ajaklah ke Surga |
Dalam Islam, anak memiliki kedudukan tersendiri yang harus
kita jadikan pegangan dalam memilih model/cara mendidik anak yang akan kita
lakukan. Mendidik anak haruslah didasari dengan Al-quran. Orang bijak mengatakan
bahwa anak adalah titipan Allah yang harus kita jaga amanahnya. Anak merupakan penyambung kebahagiaan bagi
orang tuanya, begitu juga merupakan perhiasan dunia yang tiada nilainya.
Dan orang-orang yang berkata, “Wahai Tuhan kami, anugerahkan kepada kami pasangan kami dan anak keturunan kami sebagai penenang hati.” [Q.S. al-Furqon: 74]
Tentu memiliki anak merupakan
kebahagiaan yang tak ternilai. Maka janganlah kita (sebagai orang tua) menyia-nyiakan amanah itu.
Seperti telah kita ketahui, bahwa selain amal kita di dunia, sedekah jariah, ilmu
yang bermanfaat dan doa anak yang saleh merupakan amalan yang pahalanya akan
terus mengalir hingga hari penghitungan kelak. Jadi, mendidik anak sesuai
perintah Allah tetaplah merupakan keuntungan bagi diri kita juga pada akhirnya.
Lantas, bagaimana cara mendidik anak sesuai tuntuna al-Qur'an? Apakah cukup
dengan memasukkan putra/putri ke sekolah favorit atau pendidikan Islam?. Tentu
tidak, karena anak akan tumbuh dan berkembang melalui prosesnya. Tentu saja
disini orang tua memiliki peranan penting untuk menjadi teladan bagi putra/putrinya.
Yang pertama spiritual parenting, Rasulullah dalam setiap aktivitas berkehidupan baik di
dalam rumah maupun aktivitas di luar rumah mengajarkan dan mengajak anak-anak
untuk mengamalkan doa-doa amalan harian; seperti doa masuk dan keluar kamar
mandi, doa hendak dan bangun tidur, doa akan dan setelah makan, doa bercermin,
doa masuk dan keluar rumah, doa berkendaraan, dll. Sudahkah kita sebagai orang tua mengajarkan itu? Ataukah kita lebih
sering menonton TV dibandingkan membaca Al-Quran atau buku lain yang
bermanfaat? Apakah kita lebih sering makan sambil jalan dan berdiri
dibandingkan sambil duduk dengan membaca Basmallah? Apakah kita sholat
terlambat dengan tergesa-gesa dibandingkan sholat tepat waktu? Apakah bacaan
surat kita itu-itu saja?
Tidak peduli benar
atau salah, setiap yang lahir dari kebiasaan orang tua menjadi contoh bagi
anak-anaknya. Maka, perbanyaklah melakukan kegiatan-kegiatan positif yang dapat
membangun kekuatan spiritual anak. Sebab orang tua adalah ‘model’ bagi anaknya.
Yang kedua adalah
Intelektual parenting, meskipun gen
kecerdasan diwariskan dari Ibu, tidak menutup keharusan untuk Ayah memiliki
kecerdasan intelektual dalam membina rumah tangga harmoni yang dicita-citakan. Orang
tua senantiasa banyak belajar untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ilmu
pengetahuan, bukan untuk konsumsi pribadinya sendiri, tetapi juga menjadi
contoh bagi anak-anaknya di rumah bahwa orang tua mereka tidak berhenti belajar
meski di usia yang sudah mulai menua serta selalu mendampingi disaat belajar,
orang tua jangan selalu sibuk dengan pekerjaaannya atau bilang pelajaran anak-anak sekarang sudah sangat terlalu sulit, sehingga orang tua memberikan Les
tambahan untuk anaknya.
Yang ketiga adalah
emosional parenting. Tidak sedikit anak-anak yang broken home berawal dari
keluarga yang kurang harmonis. Bisa saja orang tua yang selalu marah-marah dan
sukanya perintah tanpa didasari teladan itu sendiri. Dan Hal ini juga memicu rusaknya
mental generasi millennia. Cukuplah Al-quran sebagai dasar pendidikan dan Rasululloh
adalah teladan terbaik kita. Semoga bermanfaat.
Ditulis oleh Rosi
Ditulis oleh Rosi
Komentar
Posting Komentar