Raih Tangannya dan Ajak ke Surga Bersama (bag. 2)
InNews. Allah
telah banyak mengisahkan tentang bagaimana Luqman Al Hakim mendidik anaknya. Yuk, kita simak beberapa kisah Luqman Al Hakim dalam mendidik anaknya. Namun kita kenali siapa sih Luqman Al Hakim itu?
Luqman ibn ‘Anqa’ ibn Sadun, yang digelari Al Hakim adalah seorang ayah, budak penggembala kambing yang bertubuh kurus, berkulit hitam, berhidung pesek, dan berkaki kecil. Namun, meski ia tidak tampan, banyak orang seksama mendengarkan hikmah dari mulutnya.
Luqman ibn ‘Anqa’ ibn Sadun, yang digelari Al Hakim adalah seorang ayah, budak penggembala kambing yang bertubuh kurus, berkulit hitam, berhidung pesek, dan berkaki kecil. Namun, meski ia tidak tampan, banyak orang seksama mendengarkan hikmah dari mulutnya.
Nah, itu sekelumit tentang siapa Luqman Al Hakim. Lantas, pelajaran apa yang bisa dan harus kita teladani dari Luqman Al Hakim itu?.
Ada Lima yang mendasar yaitu:
Pertama adalah Tauhid. Luqman Al Hakim mengajarkan pada anaknya tentang mengesakan Allah.
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
(QS. Luqman :13).
Jadi pondasi pertama adalah Iman, karena anak pertama kali harus
diberi pengetahuan tentang Iman agar selalu mendekat kepada Allah dan
senantiasa dalam lindunganNya. Arti mengajarkan adalah memberikan contoh
teladan bukan hanya memerintahkan anak menyembah Allah.
Yang kedua adalah berbakti kepada orang tua. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang tuanya (ibu-bapkanya); ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1]. Bersyukurlah kepadaKu
dan kepada dua orang tuamu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman :
14).
Sangatlah
jelas bahwa kita sebagai anak harus berbakti kepada kedua orang tua, sekalipun
orang tua kita dalama keaadaan kafir. Asal perintahnya tidak menyelisihi syariat
Allah, dan tentu juga perihal ini tetap membutuhkan teladan orang tua.
Yang ketiga
bahwa setiap dosa dan kejelekan akan dibalas oleh Allah. Hikmahnya adalah bahwa
Allah selalu mengawasi hambaNya. Dan dosa kesalahan akan dibalas walupum
sebesar biji dzarroh. “(Luqman berkata):
“Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan
berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”
(QS. Luqman: 16).
Yang keempat, dirikanlah
sholat dan berlakulah Amar ma'ruf nahi munkar serta bersabar dengan apa yang
menimpanya.
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan
suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)” (QS.
Lukman: 17).
Asy Syaukani rahimahullah menjelaskan mengapa sampai tiga ibadah ini yang menjadi wasiat untuk anaknya. Yaitu karena tiga ibadah ini adalah induknya ibadah dan landasan seluruh kebaikan. Karena di akhir ayat ini disebutkan, Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
Asy Syaukani rahimahullah menjelaskan mengapa sampai tiga ibadah ini yang menjadi wasiat untuk anaknya. Yaitu karena tiga ibadah ini adalah induknya ibadah dan landasan seluruh kebaikan. Karena di akhir ayat ini disebutkan, Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
Dan yang kelima adalah akhlaq yang mulia yaitu adab berbicara.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan janganlah kamu
memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di
muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri” (QS. Lukman: 18).
Ayat ini
mengajarkan akhlak yang mulia yaitu bagaimana seorang muslim sebaiknya bersikap
ketika berbicara, dimanakah pandangan wajahnya. Dan di bagian ini lagi-lagi
orang tua sangat berperan penting. Maka berbicara dengan anak dengan lemah
lembut.
Ditulis oleh Rosi
Ditulis oleh Rosi
Komentar
Posting Komentar