Sukses dan Berkemajuan dengan Gerakan Literasi
![]() |
HumIn. Pemanfaatan Pojok Literasi untuk semua warga sekolah |
InNews-5/10/2019. Memimpikan generasi masa depan yang handal,
unggul, dan berbudi pekerti luhur merupakan salah satu mimpi yang harus muncul
di benak kita sebagai seorang pendidik. Insan emas generasi bangsa ke depan
tentu harus lebih baik daripada kita. Keberhasilan mereka, kehebatan mereka,
dan keunggulan mereka harus lebih baik dari apa yang telah kita capai, sebab
itulah sejatinya keberhasilan kita sebagai seorang pendidik.
Pendidik yang baik adalah mereka yang melahirkan generasi yang lebih baik daripada dirinya sendiri.
Keberhasilan pendidikan tentu tidak semudah
membalikkan telapak tangan, tentunya dalam menggapai generasi yang gemilang,
berbagai pihak harus bersatu memadukan mimpi supaya bisa diraih. Pemerintah
menjalankan roda pemerintahan yang peduli terhadap pendidikan. Tokoh masyarakat,
tokoh agama, tokoh budaya dan semua kalangan bersatu dalam mewujudkan generasi yang diharapkan
oleh bangsa dan negara, yaitu generasi yang gemilang.
Mundur majunya suatu bangsa tergantung pada generasi mudanya. Kegemilangan anak bangsa
hanya bisa diukur oleh pendidikan, jika pendidikan di suatu bangsa berjalan
dengan baik maka generasinya akan baik. Akan tetapi, jika dalam suatu negara
pendidikannya jelek maka generasinya pun akan hancur. Pada dasarnya, setiap anak
bangsa pasti memiliki cita-cita yang baik, akan tetapi cita-cita anak bangsa
harus didukung dan difasilitasi dengan berbagai sistem yang baik, yang salah
satunya adalah sisitem “LITERASI”.
Sekolah sebagai salah satu tempat menimba
ilmu, belum sepenuhnya menumbuhkan budaya membaca dan menulis (literasi) siswa.
Membaca dan menulis merupakan bagian dari pengembangan siswa, maka harus terus
ditingkatkan. Salah satu pokok permasalahan di Indonesia saat ini yaitu terkait
minat baca siswa yang rendah. Budaya membaca merupakan salah satu ciri
peradaban modern. Membaca merupakan kegiatan yang akan selalu dibutuhkan untuk
manusia sampai kapanpun, seperti pepatah mengatakan “Membaca Membuka Jendela Dunia”. Itu
berarti bahwa membaca adalah hal yang utama. Yang menjadi pengaruh rendahnya
minat membaca siswa disebabkan adanya beberapa alasan diantaranya, rendahnya
keterampilan membaca siswa yang kurang, banyaknya hiburan, games, dan tayangan
TV yang dapat mengalihkan perhatian anak dari bacaan buku.
GLS (Gerakan Literasi Sekolah) memperkuat gerakan penumbuhan budi
pekerti sebagaimana dituangkan dalam peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu kegiatan tersebut adalah kegiatan
15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum
waktu belajar dimulai, seperti yang dilakukan oleh siswa-siswi sekolah dasar
yang ada di kota Trenggalek yaitu SD Muhammadiyah 1 Trenggalek. Selain itu,
sekolah juga bekerja sama dengan Perpustakaan Daerah dan Rumah Pintar setempat, yang
datang setiap hari Jum’at untuk Perpusda
dan setiap 1 bulan sekali untuk Rumah Pintar. SD Muhammadiyah 1
Trenggalek menjadi sekolah sasaran PWM Jawa Timur yang merupakan mitra kerja Inovasi yang bekerja sama dengan “USAID”. Kegiatan
ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan
keterampilan membaca agar pengentahuan dapat dikuasi secara lebih baik.
HumIn. Kegiatan literasi bersama Rumah Pintar Kab. Trenggalek |
Karya literasi siswa |
Literasi
sangat penting bagi siswa karena keterampilan literasi akan berpengaruh
terhadap keberhasilan belajar mereka. Keterampilan literasi
yang baik akan membantu siswa dalam memahami teks lisan, tulisan, maupun
gambar/visual. Oleh karena itu pengembangan literasi siswa dalam pembelajaran
selalu dilakukan secara terpadu antara kegiatan menyimak, berbicara, membaca
dan menulis. Hal itu karena keempat keterampilan tersebut memiliki hubungan yang sangat erat, meskipun
masing-masing memiliki ciri tertentu. Karena adanya hubungan yang sangat erat
ini, pembelajaran dalam satu jenis keterampilan dapat meningkatkan keterampilan yang lain. Misalnya
pembelajaran membaca, dapat juga meningkatkan keterampilan berbicara, menyimak
dan menulis. Setelah siswa membaca,
tentunya guru akan memberikan pertanyaan tentang isi bacaan (berbicara), dan
siswa diminta menceritarakan
kembali apa yang telah dibaca dengan bahasanya sendiri (berbicara), berikutnya siswa
menuliskan apa yang diceritakan dengan tata tulis yang benar (menulis).
Pook Literasi di salah satu kelas |
Terobosan
penting ini hendaknya melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang
pendidikan. Keterlibatan orang tua peserta didik, satuan
pendidikan, dan masyarakat
juga menjadi komponen penting dalam GLS. Seperti yang ada di SD Muhammadiyah 1
Trenggalek, di setiap sudut kelas ada Pojok Literasi, untuk memfasilitasi
siswa-siswi selalu dekat dengan buku. Tanpa ada kerja sama dengan wali murid,
tidak akan bisa terbentuk.
Dalam
penyelenggaraan pendidikan tidak akan berhasil tanpa dibarengi dengan
pelaksanaan yang baik, budaya belajar yang baik, metode yang baik, prinsip yang
baik, dan memotivasi siswa agar mempunyai mimpi yang lebih baik. Untuk
menjalankan semua itu maka harus menjalankan “LITERASI” disetiap
sekolah. Penulis meyakini jika sekolah menjalankan “LITERASI” maka
pendidikan akan berjalan dengan baik.
“SEMAKIN AKU
BANYAK MEMBACA, SEMAKIN AKU BANYAK BERPIKIR;
SEMAKIN AKU BANYAK BELAJAR, SEMAKIN AKU SADAR BAHWA AKU TAK MENGETAHUI APA PUN”
SEMAKIN AKU BANYAK BELAJAR, SEMAKIN AKU SADAR BAHWA AKU TAK MENGETAHUI APA PUN”
Penulis: Ristikasari
Editor: Jun Ikhsan
Komentar
Posting Komentar